Pemegang Saham Mini Merdeka Gold (EMAS) Ganti Pengendali, Ini Ramalan Harga Baru

Saham PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) menjadi perhatian di Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran pergerakan harga yang cukup agresif. Sejak melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) pada Selasa (23/9) harga saham EMAS sudah naik 23%.

Di tengah pergerakan itu muncul kabar baru mengenai rencana pengalihan mayoritas kepemilikan pada salah satu satu pemegang saham awal perseroan. Merujuk pengumuman yang disampaikan di media, PT Elias Aldana Manajemen yang menjadi salah satu pemegang saham EMAS menyampaikan akan melepas sebagian besar kepemilikan saham kepada pemegang baru.

Pengalihan saham yang diumumkan manajemen pada Rabu (1/10). Aksi ini dilakukan sesuai ketentuan Pasal 125 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Sebagai bagian dari kewajiban hukum berdasarkan Pasal 127 ayat (2) dan ayat (8) UUPT, perseroan memberikan kesempatan kepada para kreditur untuk mengajukan keberatan terhadap pengalihan saham tersebut selambat-lambatnya 14 hari.

“Para kreditur dapat mengajukan keberatan selambat lambatnya 14 hari setelah pengumuman sehubungan dengan pengalihan saham,” ujar manajemen seperti dikutip Sabtu (4/10).

Meski begitu tidak dijelaskan apakah pengalihan kepemilikan saham di Elias ini akan berdampak kepada kepemilikan saham di EMAS. Merujuk prospektus IPO, PT Elias Aldana Manajemen menggenggam 130,42 juta lembar saham EMAS dengan nilai Rp 19,56 miliar atau 0,81%.

Ramalan Baru Harga Saham EMAS

Di luar aksi yang tengah disiapkan Elias Aldana sebagai salah satu pemegang saham minoritas, kini muncul ramalan baru harga saham EMAS. Saham emiten yang baru IPO itu disebut bisa menembus level Rp 5.800 kedepannya. Saat ini saham anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ditutup merosot 2,58% ke Rp 4.540 pada perdagangan saham Jumat, (3/10) sore.

Analis Trimegah Sekuritas, Alpinus Dewangga dan Jocelyn Suwardy mengatakan Trimegah Sekuritas menetapkan target harga Rp 5.800 per saham dengan menghitung valuasi menggunakan metode discounted cash flow (DCF) dengan proyeksi umur tambang 16 tahun pada periode 2026–2041 dan menetapkan WACC nominal sebesar 9,6%.
Perhitungan tersebut menunjukkan P/E 2026 sebesar 58,9 kali atau lebih tinggi 333% dibandingkan produsen emas global. Namun, pada 2029, Trimegah memperkirakan P/E EMAS turun menjadi 11 kali, setara dengan diskon 17% dari rata-rata pesaing.

Trimegah juga menilai target harga tersebut mencerminkan enterprise value (EV) per sumber daya emas sebesar US$ 838 per ons atau 79% lebih tinggi dibandingkan kompetitor lokal.

“Kami kaitkan dengan volume produksi emas Merdeka Gold yang kemungkinan menghasilkan arus kas yang lebih baik ketika kapasitas produksi maksimum tercapai,” kata tim analis Trimegah Sekuritas dalam risetnya, dikutip Jumat (3/10).

Analis Trimegah Sekuritas memproyeksikan produksi emas diperkirakan mulai pada kuartal pertama 2026 dengan target awal 79.000 ons, dan mencapai puncak sekitar 500.000 ons pada 2033, melalui kombinasi pengolahan bijih menggunakan heap leach (HL) dan carbon in leach (CIL).

Pendekatan ini memungkinkan pengolahan efisien bijih sulfida bergradasi tinggi dan bijih oksida bergradasi rendah, dengan pertumbuhan produksi didorong kenaikan kadar emas dan ekspansi kapasitas pabrik CIL pada 2029 dan 2032.

Tak hanya itu, Trimegah Sekuritas memproyeksikan pendapatan EMAS melonjak dari US$2 93 juta pada 2026 menjadi US$ 1,27 miliar pada 2029, seiring produksi emas yang meningkat signifikan.

EBITDA juga diperkirakan naik tajam, dari US$ 180 juta menjadi US$ 806 juta dalam periode yang sama, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sekitar 61%. Laba bersih diperkirakan melonjak dari US$ 97 juta menjadi US$ 519 juta, dengan CAGR 42%.

“Model keuangan menunjukkan laba bersih berubah sebesar ±2,5% untuk setiap perubahan ±1% pada harga emas, mengindikasikan sensitivitas laba terhadap fluktuasi harga emas,” ucap tim analis Trimegah.

Mayoritas Dana Hasil IPO Merdeka Gold untuk Bayar Utang

Setelah melantai di BEI, berdasarkan prospektus perusahaan, dana hasil IPO myorits untuk membayar utang. Pertama sebesar US$ 20 juta atau Rp 328,4 miliar akan disalurkan ke PT Pani Bersama Tambang (PBT) dalam bentuk setoran modal bertahap. Dana ini akan dipakai untuk modal kerja, termasuk pembelian bahan baku utama dan penunjang, biaya listrik, serta gaji karyawan. Setelah konversi setoran modal, Merdeka Gold Resources tetap menguasai 99,99% saham PBT.

Kemudian sebanyak US$ 20 juta atau Rp 328,4 miliar, juga diberikan dalam bentuk pinjaman kepada PT Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS) untuk mendanai modal kerja operasional. Sisa dana IPO akan digunakan untuk pembayaran lebih awal atas pinjaman kepada PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berdasarkan perjanjian utang piutang sejak April 2022. Hingga 4 Agustus 2025, saldo pinjaman Merdeka Gold Resources ke induk usahanya MDKA masih sebesar US$ 260 juta atau Rp 4,26 triliun.

Adapun Merdeka Gold Resources bersama entitas anak usaha mencatat total liabilitas sebesar US$ 280 juta atau sekitar Rp 4,58 triliun per 31 Maret 2025. Jumlah tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek US$ 77,9 juta dan liabilitas jangka panjang US$ 202,1 juta.

Sepanjang periode 31 Maret hingga 4 Agustus 2025, perusahaan melakukan tambahan pencairan pinjaman sebesar US$ 306,25 juta atau Rp 5,01 triliun. Pada saat yang sama, Merdeka Gold Resources juga telah membayar pinjaman senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 819,69 miliar. Editor: Ira Guslina Sufa

Sumber:

– 04/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Divestasi 12% Saham PTFI Belum Jamin RI Bisa Kendalikan Freeport

baca selengkapnya

ESDM Kaji Kebijakan Ekspor Emas Imbas Antam Masih Impor 30 Ton per Tahun

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan Oktober 2025 Naik Jadi 106,94 Dolar AS per Ton

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top