ASOSIASI Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) tengah mengantisipasi kemungkinan pelemahan permintaan sejumlah negara tujuan ekspor komoditas mineral dan batu bara (minerba), imbas kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia mengatakan dampak pelemahan ekonomi negara mitra dagang itu bisa ikut menekan permintaan mineral logam dan batu bara dari Indonesia.
“Ke depannya tentu bisa berdampak kalau nanti industri negara-negara tujuan ekspor kita melambat,” kata Hendra saat dihubungi, dikutip Rabu (9/4/2025).
Hendra mengatakan sebagian besar ekspor komoditas minerba Indonesia dijual ke pasar China dan India. Walhasil, kinerja ekspor komoditas pertambangan dari RI bisa terkoreksi dalam jangka menengah dan panjang jika efek tarif resiprokal AS menekan pertumbuhan ekonomi dua negara itu.
Apalagi, kata Hendra, harga sejumlah mineral kritis dari Indonesia—seperti nikel dan timah — belakangan telah terkoreksi lebar akibat kelebihan pasokan atau oversupply di pasar.
Berdasarkan data London Metal Exchange per Selasa (8/4/2025), harga nikel untuk kontrak 3 bulan terkoreksi 2,67% ke level US$14.364 per ton. Sementara itu, harga timah dalam indeks yang sama minus 4,10% ke level US$33.929 per ton.
“Kalau industrinya mereka melambat, energinya juga melambat ya, permintaan mereka juga akan berkurang, itu yang mungkin asosiasi dan pelaku usaha melihatnya,” kata Hendra.
Selain itu, dia menambahkan, pelemahan harga mineral logam dan batu bara belakangan juga ikut ditekan koreksi indeks saham di beberapa negara imbas sentimen perang dagang saat ini.
Di sisi lain, dia berharap, pemerintah dapat menarik investasi anyar dari AS untuk peluang kerja sama mineral kritis di Indonesia.
“Karena AS sangat berkepentingan terhadap mineral kritis, sementara kita punya banyak,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, AS memberikan tarif 32% terhadap Indonesia sebagai mitra dagangnya. Jumlah itu belum termasuk tarif dasar 10% yang dikenakan AS kepada 180 mitra dagang mereka.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia telah melakukan komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) untuk membahas soal tarif resprokal Donald Trump.
“Kedutaan Besar di Indonesia juga sudah melakukan komunikasi dengan USTR, dan tentunya dalam waktu dekat USTR menunggu proposal konkret dari Indonesia,” katanya di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (7/4/2025).
Menurut Airlangga, setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan tarif tersebut, banyak negara di dunia yang ingin bertemu dengan AS untuk bernegosiasi. Indonesia dan ASEAN juga memilih untuk menempuh hal tersebut dan tidak menerapkan kebijakan retaliasi. (naw/wdh)
Sumber: bloombergtechnoz.com, 9 April 2025