Pengusaha Proyeksi Oversupply Nikel Berlanjut hingga 2027

Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) memproyeksikan kondisi oversupply atau kelebihan pasokan nikel akan berlanjut hingga 2027. Hal ini seiring dengan pasar stainless steel yang diperkirakan baru akan pulih 2 tahun ke depan.

Ketua Umum FINI Arif Perdanakusumah mengatakan, oversupply nikel ditandai dengan peningkatan kapasitas produksi hingga 5 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.

Dalam catatannya, kapasitas produksi nikel saat ini mencapai 2,5 juta ton. Adapun, penggunaannya didominasi untuk stainless steel 70% dan baterai 15%.

“Di stainless steel ini harapannya masih cukup besar karena kelebihan atau oversupply-nya itu kemungkinan akan berakhir di 2027,” kata Arif saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Senin (3/11/2025).

Arif menyebut, oversupply nikel masih akan terjadi pada tahun depan lantaran kondisi perekonomian dunia yang membuat pasar masih lesu. Sementara itu, pada 2027, dia melihat oversupply mulai susut menyeimbangkan demand atau permintaan.

Dari 2027, pihaknya memperkirakan mulai terjadi defisit antara kebutuhan dan produksi eksisting untuk penggunaan stainless steel.

“Berbeda dengan tadi baterai. Baterai itu kita akan mengalami penambahan produksi cukup signifikan dan kebanyakan dari Indonesia,” jelasnya.

Dia menerangkan, tahun ini saja, kapasitas produksi bahan baku baterai, mixed hydroxide precipitate (MHP), yang dihasilkan dari pemurnian nikel dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) di Indonesia mencapai 500.000 ton.

“Tapi 2027 itu bisa mencapai hampir 1 juta ton, mungkin 950.000-an ton, kurang lebih lah dan di 2030 itu akan sekitar 1,2 juta ton. Penambahannya sangat banyak,” tuturnya.

Dengan produksi baterai MHP sebanyak 1,2 juta ton pada 2030, maka Indonesia akan menguasai lebih dari 80% untuk bahan baku baterai.

Arif menuturkan, dengan kondisi industri baterai yang dihadapi saat ini, mulai dari persaingan teknologi, kebijakan perang dagang yang berkenaan dengan industri EV, maka keseimbangan antara supply dan demand masih sulit tercapai dalam waktu dekat.

“Kelihatannya ini [baterai] akan panjang balance-nya ini akan lebih panjang dibandingkan stainless steel,” imbuhnya.

Dia memprediksi dengan tantangan industri baterai saat ini, penyerapan nikel untuk produksi baterai baru akan mencapai 20% pada 2030 dari tahun ini 15%.

“Jadi penambahannya sekitar 5% saja. Belum cukup untuk menyerap seluruh nikel untuk kebutuhan baterai ini yang begitu banyak,” pungkasnya. Editor : Denis Riantiza Meilanova

Sumber:

– 03/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Selasa, 04 November 2025

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan (HBA) Awal November 2025 Keok, Tertinggi US$103,75 per Ton

baca selengkapnya

Kantongi Rekomendasi Ekspor, Amman Mineral Dukung Pemulihan Ekonomi NTB

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top