Penjualan Freeport Drop, Setoran ke Negara Tetap Ditarget Rp70 T

PT Freeport Indonesia (PTFI) memproyeksikan penjualan tembaga dan emas perusahaan pada 2025 tidak mencapai target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB), embas penyetopan produksi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) akibat longsor awal September.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas memprediksi penjualan tembaga perusahaan sepanjang tahun ini mencapai 537.000 ton atau hanya setara 70% dari target dalam RKAB 2025 sebanyak 770.000 ton. Sementara itu, produksi emas diprediksi sebesar 33 ton atau setara 50% dari target dalam RKAB 2025 sebesar 68 ton.

“Dengan adanya insiden di mana kita berhenti Insiden pada 8 September, yaitu insiden luncuran material basah di Tambang Grasberg Block Cave, menyebabkan kami hentikan semua produksi di tambang bawah tanah,” kata Tony dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, Senin (24/11/2025).

“Kami fokus pada pencarian ketujuh orang karyawan kami; karyawan kontraktor kami yang terperangkap di situ dan mengakibatkan kami berhenti produksi itu hampir 50 hari keseluruhannya Pada tanggal 28 Oktober,” tegas dia.

Lebih lanjut, Tony memprediksi pendapatan perusahaan dari penjualan komoditas tambang akan mencapai US$8,5 miliar pada tahun ini atau setara 82% dari target sebesar US$10,4 miliar.

Tony menjelaskan pendapatan Freeport masih dalam level yang terjaga meskipun produksi tambang perusahaan menurun karena harga tembaga dan emas dunia sedang mengalami tren peningkatan.

Dia memproyeksi harga tembaga dunia akan mencapai US$4,46/pon atau setara 119% dari harga yang diprediksi dalam RKAB 2025 senilai US$3,75/pon.

Sementara itu, harga emas diprediksi mencapai US$3.426/troy ons atau setara 180% dari proyeksi dalam RKAB 2025 senilai US$1.900/troy ons.

“Walaupun produksi tembaga berkurang 30% dan emas berkurang 50%, kami bisa mencapai pendapatan penjualan pada tahun ini sekitar US$8,5 miliar dolar atau hanya turun 18% dari proyeksi sesuai dengan RKAB,” tegas dia.

Penerimaan Negara

Untuk penerimaan negara, Tony memprediksi perusahaan akan menyetorkan sekitar US$4,1 miliar (sekitar Rp68,27 triliun) atau setara 117% dari target dalam RKAB 2025 sebesar US$3,7 miliar (sekitar Rp61,61 triliun).

“Dan untuk penerimaan negara dalam proyeksi RKAB kami pada 2025 penerimaan negara direncanakan hanya US$3,7 miliar sekitar hampir Rp70 triliun rupiah. Namun, dengan proyeksi dengan harga emas dan tembaga yang meningkat, proyeksi pendapatan negara sampai akhir tahun ini bisa US$4,1 miliar,” ucap Tony.

Sebagai catatan, PTFI mencatat laba bersih sepanjang Januari-September 2025 sebesar US$2,66 miliar atau sekitar Rp44,39 triliun (asumsi kurs Rp16.670 per dolar AS).

Torehan laba PTFI itu anjlok 21,19% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,37 miliar atau sekitar Rp56,32 triliun.

Koreksi laba PTFI itu terjadi di tengah penangguhan operasi tambang Grasberg sejak awal September 2025 selepas insiden longsoran lumpur di Grasberg Block Cave (GBC). Tujuh pekerja tewas dalam insiden maut ini.

Berdasarkan laporan keuangan PTFI per September 2025, perseroan mencatat pendapatan sebesar US$7,66 miliar, susut 5,11% dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar US$8,07 miliar.

Sementara itu, PTFI mencatat beban penjualan sebesar US$3,61 miliar, bergerak naik dari posisi beban periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,35 miliar.

Adapun, total aset dan liabilitas PTFI masing-masing bergerak ke level US$26,74 miliar dan US$9,33 miliar per September 2025.

Sebelumnya, Freeport-McMoRan Inc. (FCX) mengungkapkan akan mempercepat kegiatan pemulihan tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), yang sebelumnya berhenti beroperasi gegara longsor material basah.

Induk usaha PTFI yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat (AS) itu menargetkan tambang GBC mulai beroperasi secara bertahap pada kuartal II-2026.

Sementara itu, manajemen FCX menyampaikan dua tambang PTFI yang tidak terdampak longsor, yakni Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ), sudah mulai produksi sejak akhir Oktober 2025.

“Tim kami berkomitmen untuk memulihkan produksi skala besar dengan biaya rendah di Grasberg secara aman, efisien, dan bertanggung jawab,” kata Presiden dan Chief Executive Officer FCX Kathleen Quirk dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu (19/11/2025).

Berdasarkan rencana pemulihan bertahap dan peningkatan produksi atau ramp up, FCX memperkirakan produksi tembaga dan emas PTFI dari kawasan mineral Grasberg pada 2026 akan serupa dengan volume perkiraan 2025, yaitu sekitar 1,0 miliar pon tembaga dan 0,9 juta ons emas.

FCX memperkirakan produksi PTFI akan meningkat sepanjang tahun 2026 dan 2027 dengan produksi rata-rata tahunan sekitar 1,6 miliar pon tembaga dan 1,3 juta ons emas untuk periode 2027-2029. (azr/wdh)

Sumber:

– 25/11/2025

Temukan Informasi Terkini

ESDM Hitung Formulasi Bea Keluar untuk Komoditas Minerba dan Emas

baca selengkapnya

Petrosea Tuntaskan Akuisisi 60% Saham Scan-Bilt Pte.Ltd

baca selengkapnya

Demi Tambah Saham 12%, IUPK Freeport akan Diperpanjang Hingga Usia Tambang Habis

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top