PT TRIMEGAH Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan volume penjualan nikel sebanyak 23,75 juta ton basah atau wet metric ton (wmt) sepanjang 2024, naik 14,4% dari realisasi 2023 yang mencapai 20,75 juta wmt.
Direktur Keuangan Harita Nickel Suparsin D. Liwan memerinci, dari lini bisnis pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel sepanjang 2024, perseroan membukukan penjualan feronikel (FeNi) sejumlah 126.344 ton, mixed hydroxide precipitate (MHP) 63.431 ton, dan produk turunan MHP berupa nikel sulfat (NiSo4) sebesar 38.622 ton.
Di sisi lain, perseroan telah menyelesaikan pembangunan smelter kedua di bawah PT Obi Nickel Cobalt (ONC), dan melakukan produksi komersial secara penuh sejak Agustus 2024.
Dengan demikian, total kapasitas terpasang smelter nikel berkadar rendah (limonite) yang dimiliki Harita Nickel mencapai 120.000 ton kandungan nikel dalam MHP per tahun.
Perusahaan juga telah menyelesaikan pembangunan smelter pirometalurgi atau berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) kedua pada 2023, di bawah PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), dengan total kapasitas terpasang feronikel (FeNi) mencapai 120.000 ton kandungan nikel dalam FeNi per tahun.
Penuh Tantangan
Suparsin menjelaskan perseroan melihat kondisi industri nikel secara global belum terlalu baik dan diramal penuh tantangan dalam beberapa tahun mendatang.
Tantangan tersebut mencakup perlambatan ekonomi global, persaingan usaha yang makin ketat, dan peningkatan biaya operasional akibat perubahan kebijakan baik domestik maupun internasional.
“Harita Nickel menyikapi hal hal diatas dengan upaya meningkatkan efisiensi dalam operasional perusahaan guna mempertahankan daya saing,” kata Suparsin dalam keterangan resmi dikutip Rabu (26/3/2025).
Salah satu strategi operasi yang dilakukan, kata dia, yakni dengan dimulainya pekerjaan konstruksi pabrik yang akan memproduksi kapur tohor atau quicklime, sebagai bahan pendukung dalam proses hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leaching (HPAL) dan diperkirakan akan meningkatkan efisiensi biaya materi bahan baku pendukung.
Selain itu, perseroan juga melakukan pengetatan biaya operasional untuk semua bisnis unit yang ada di Harita Nickel.
Menyadari kondisi industri yang masih menantang, kata dia, Harita Nickel akan fokus untuk memperkuat efisiensi, menyelesaikan proyek yang sedang dalam tahap konstruksi, serta meningkatkan standar operasi yang bertaraf internasional.
Di sisi lain, Harita Nickel akan fokus untuk menyelesaikan proses audit atau penilaian terhadap standar pertambangan internasional, Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), sejalan dengan prinsip environmental, social, and governance (ESG) yang dijalankan oleh perusahaan.
Tak hanya itu, Suparsin menyatakan ke depannya perseroan juga akan tetap fokus pada upaya untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan.
“Kami juga akan tetap fokus menjalankan operasi secara efisien, menyelesaikan proyek yang sedang dalam masa konstruksi dan terus meningkatkan standar operasi sehingga kondisi keuangan perseroan tetap terjaga,” ujarnya. (mfd/wdh)
Sumber: bloombergtechnoz.com, 26 Maret 2025