Harga perak kembali jatuh ke zona merah dengan pelemahan 2,6% ke level US$ 56,96 per troy ons, setelah menyentuh rekor tertinggi di level US$ 58,98 per troy ons pada hari Rabu (3/12).
Dikutip dari CNBC International, Jumat (5/12/2025) harga perak melemah menyusul rilis kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat mengimbangi dolar yang melemah.
Pelemahan pada perak juga terjadi di tengah penantian pasar pada rilis data inflasi AS hari Jumat (5/12), untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek suku bunga Federal Reserve (The Fed) menjelang pertemuan bulan Desember.
Data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran baru AS turun menjadi 191.000 minggu lalu, level terendah dalam lebih dari tiga tahun dan jauh di bawah ekspektasi ekonom sebesar 220.000.
Investor kini mengamati laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan September, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada Jumat (5/12).
“Penguatan perak disebabkan oleh kekhawatiran pasokan di tingkat bursa,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, dikutip dari Kitco News.
Dia memproyeksi harga perak memiliki peluang untuk mencapai level US$ 60 per troy ons.
Sebagai catatan, harga perak telah naik 102% sepanjang tahun ini karena kekhawatiran tentang likuiditas pasar setelah arus keluar ke saham AS, masuknya ke dalam daftar mineral kritis AS, dan defisit pasokan struktural. Editor: Natasha Khairunisa Amani
