Di semester pertama 2025, PT Petrosea Tbk. (PTRO) membukukan kontrak sebesar US$4,32 miliar atau setara dengan Rp70,11 triliun (kurs Jisdor BI Rp16.231 per dolar AS 30 Juni 2025) sepanjang semester I/2025. “Petrosea terus mendorong pertumbuhan organik melalui perolehan kontrak backlog, baik dari pelanggan yang sudah ada maupun dari pelanggan-pelanggan baru,” kata Direktur Petrosea, Ruddy Santoso di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, nilai kontrak ini tumbuh 60% secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar US$2,69 miliar. Selanjutnya, PTRO juga terus mengedepankan diversifikasi basis pelanggan dan sektor industri yang dilayani, sehingga mampu membantu mengurangi ketergantungan pada satu sektor industri.
Pada semester I/2025 ini, nilai kontrak PTRO terbesar berasal dari segmen batu bara thermal yang mencapai 49% dari nilai kontrak, lalu segmen nikel sebesar 29%, dan segmen batu bara metalurgi sebesar 15%. Kemudian segmen emas dan tembaga sebesar 3% dari nilai kontrak, dan segmen minyak dan gas sebesar 4% dari total nilai kontrak.
Adapun kontribusi dari batu bara thermal terhadap nilai kontrak PTRO mengalami penurunan dari 71% pada semester I/2024 menjadi 49% pada semester I/2025. Hal ini sejalan dengan strategi diversifikasi perseroan. Lebih lanjut, Ruddy menuturkan PTRO menerapkan kontrak yang memperhatikan mekanisme penyesuaian harga atau price adjustment mechanism. Dengan mekanisme ini, exposure terhadap volatilitas harga komoditas dapat diminimalkan.
Di sisi lain, kata dia, PTRO juga fokus pada produk dan jasa dengan nilai tambah yang memberi ruang lebih luas untuk mempertahankan margin. “Dengan kombinasi strategi pertumbuhan organik melalui kontrak baru dan pertumbuhan inorganik melalui akuisisi strategis ditambah disiplin dalam menjaga efisiensi dan manajemen risiko, perseroan optimistis dapat menjaga pendapatan yang tumbuh secara berkelanjutan dengan margin yang sehat,” ujarnya.
Sebagai informasi, emiten kontraktor tambang ini mencetak laba bersih di semester pertama 2025 sebesar US$1,07 juta atau setara Rp17,4 miliar (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS). Laba bersih ini tergerus 18,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,3 juta.
Pendapatan tercatat sebesar US$351,1 juta atau setara Rp5,69 triliun. Pendapatan ini meningkat 10,40% secara tahunan dari sebesar US$318,02 juta. Pendapatan ini diperoleh PTRO dari pendapatan konstruksi dan rekayasa sebesar US$159,3 juta, penambangan senilai US$158,5 juta, pendapatan jasa senilai US$15,5 juta, dan lain-lain senilai US$1,3 juta.
Berdasarkan pelanggannya, pendapatan PTRO diperoleh dari BP Berau Ltd. senilai US$70,2 juta, PT Freeport Indonesia US$53,6 juta, PT Kideco Jaya Agung sebesar US$50,86 juta, dan PT Kartika Selabumi Mining senilai US$22,25 juta. Beban usaha langsung PTRO juga meningkat menjadi US$301,9 juta, dari sebelumnya sebesar US$277,3 juta. Beban usaha ini naik 8,87% secara tahunan. (bani)