Produksi Freeport Anjlok 30% Imbas Longsor Grasberg, Bagaimana Prospek Kinerja?

Freeport McMoran atau FCX melaporkan penurunan produksi tembaga dan emas pada sembilan bulan pertama tahun ini sekitar 30% secara tahunan. Pelemahan produksi tersebut didorong oleh bencana longsor yang terjadi di tambang milik PT Freeport Indonesia pada 8 September 2025.

Merujuk laporan terbaru perusahaan, produksi tembaga susut hampir 30% secara tahunan pada Januari-September 2025 dari periode yang sama tahun lalu sejumlah 1,37 miliar pon menjadi 966 juta pon. Sementara itu, produksi emas susut hampir 39% menjadi 876 juta ons.

“Capaian kuat kuartal ketiga kami tahun ini dibayangi oleh bencana tragis pada operasi kami di Grasberg, Papua Tengah bulan lalu. Organisasi kami berduka cita pada korban jiwa yang tertelan dalam bencana ini dan kami tetap memprioritaskan penyediaan tempat kerja yang aman,” kata CEO FCX, Kathleen Quirk dalam keterangan resmi yang dikutip Senin (27/10).

Berdasarkan laporan keuangan FCX, bencana longsor tersebut diperkirakan mengurangi produksi tembaga PTFI hingga 90 juta pon pada Juli-September 2025. Produksi emas PTFI diproyeksikan susut 80.000 ons pada kuartal ketiga tahun ini.

Adapun PTFI berkontribusi hampir 70% dari pendapatan operasional FCX. Namun pendapatan operasional FCX tercatat tumbuh 1,53% secara tahunan pada Januari-September 2025 menjadi US$ 5,7 miliar atau hampir Rp 95 triliun.

Peningkatan pendapatan didorong oleh harga komoditas tembaga asal PTFI yang melonjak secara tahunan. FCX mendata harga tembaga asal Indonesia naik 4,25% secara tahunan pada Januari-September 2025 menjadi US$ 442 per pon, sementara harga emas tumbuh 42,13% menjadi US$ 3.357 per ons.

FCX memprediksi produksi tembaga hanya akan mencapai 1,2 miliar pon tembaga dan 1 juta ons emas pada tahun ini. Sebab, bencana longsor dinilai akan membuat kegiatan produksi di Grasberg minimal lantaran proses investigasi dijadwalkan rampung pada 18 November 2025.

Menurut perhitungan perusahaan, bencana longsor di Grasberg akan menekan produksi emas dan tembaga pada tahun depan sebesar 35% dari target awal. Dengan demikian, produksi tembaga pada tahun depan diperkirakan hanya mencapai 1,1 miliar pon tembaga dan 1,04 juta ons emas.

Biaya Perbaikan Tambang

Quirk telah mengalokasikan biaya perbaikan tambang Grasberg senilai US$ 43 juta atau sekitar Rp 715,09 miliar. Namun dampak terbesar penghentian kegiatan penambangan di Grasberg adalah penghentian kegiatan pemurnian di PT Smelting Gresik Copper Smelter & Refinery.

Seperti diketahui, pemilikan saham FCX dalam PT Smelting mencapai 66%. Alhasil, Quirk memproyeksikan penghentian kegiatan pertambangan di Grasberg akan memakan biaya perawatan fasilitas produksi Smelting yang idle hingga US$ 128 juta atau sekitar Rp 2,12 triliun.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini masih berhenti beroperasi. Penghentian operasi ini dilakukan setelah salah satu lokasi tambang bawah tanah mereka yakni Grasberg Block Cave (GBC) mengalami longsor dan dipenuhi lumpur 800 ribu ton pada 8 September lalu.

“(Operasi kembali) pasti menunggu setelah hasil audit,” kata Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (10/10).

Longsor tersebut menewaskan 7 orang pekerja dan seluruhnya sudah berhasil dievakuasi. Bahlil menyebut proses yang dilakukan pemerintah pasca evakuasi adalah melakukan audit secara total terhadap implementasi operasi tambang bawah tanah di PTFI.

“Sekarang belum ada yang bisa melakukan kegiatan produksi, tapi kami sedang mengaudit sampai bisa menemukan apa faktor penyebab terjadinya longsor,” ujarnya. Editor: Ira Guslina Sufa

Sumber:

– 27/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Rabu, 29 Oktober 2025

baca selengkapnya

Amman Dapat Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga Selama Enam Bulan

baca selengkapnya

Produksi Emas Antam (ANTM) Tertekan Imbas Krisis Pasokan

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top