Produksi Smelter HPAL Harita (NCKL) Stabil, Meski Harga MHP Lesu

PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel mengklaim seluruh fasilitas pengolahan (smelter) nikel berbasis high pressure acid leach (HPAL) milik perseroan beroperasi dalam kapasitas penuh, meskipun harga mixed hydroxide precipitate (MHP) atau bahan baku baterai tengah turun.

Head of Investor Relations Harita Nickel Lukito Gozali menjelaskan, dua smelter HPAL milik Harita Nickel —yaitu PT Halmahera Persada Lygend (HPL) dan PT Obi Nickel Cobalt (ONC) — tetap memproduksi MHP sesuai kapasitas smelter.

Kedua fasilitas pengolahan nikel tersebut disebut memiliki total kapasitas produksi 120.000 ton kandungan nikel dalam bentuk MHP per tahun.

“Seluruh fasilitas hidrometalurgi milik Harita Nickel, yaitu PT Halmahera Persada Lygend dan PT Obi Nickel Cobalt, saat ini beroperasi dalam kapasitas penuh,” kata Lukito dalam keterangan tertulis kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (7/8/2025).

Harga Sulfur

Di sisi lain, Lukito mengamini kenaikan harga sulfur menekan biaya produksi MHP. Dia menyatakan korporasi melakukan langkah efisiensi di seluruh rantai produksi, termasuk dalam pengadaan sulfur untuk menjaga stabilitas operasional.

Adapun, sulfur digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam yang merupakan komponen utama dalam proses pelindian (leaching) bijih nikel limonit untuk menghasilkan MHP yang dapat diproses lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat–salah satu bahan utama pembuatan baterai.

Menurut Harita, harga sulfur sangat fluktuatif dan pergerakannya dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan pasokan, kondisi geopolitik, hingga perubahan kebijakan perdagangan.

“Untuk itu, Harita Nickel secara konsisten menjalankan berbagai langkah efisiensi di seluruh rantai produksi serta menerapkan strategi pengadaan yang adaptif guna menjaga keberlanjutan operasional,” ungkap Lukito.

Lukito juga menegaskan Harita tengah fokus memastikan seluruh operasional bisnis berjalan secara optimal meskipun dibayangi dinamika harga komoditas global tersebut.

“Upaya optimalisasi ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan kami untuk menjaga stabilitas operasional, bahkan di tengah tekanan biaya produksi akibat fluktuasi harga komoditas,” tegas dia.

Dihubungi secara terpisah, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mencatat harga MHP mengalami penurunan sepanjang tahun ini. Pada Januari 2025, MHP tercatat dijual seharga US$18.000 per ton, tetapi pada awal Agustus tercatat berada di sekitar US$14.000/ton.

Dewan Penasihat Pertambangan APNI Djoko Widjajanto mengamini penurunan harga MHP memang berkaitan dengan melandainya permintaan dari smelter HPAL.

Dia menyebut para pengusaha smelter hidrometalurgi tengah bersikap hati-hati dalam menjalankan bisnisnya sebab margin keuntungan makin menyempit.

Selain itu, dia meyakini melandainya harga MHP juga dipengaruhi melonjaknya kapasitas MHP global dan ekspansi smelter HPAL yang terjadi di Indonesia dan China.

“Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan pasar oversupplied dan sentimen investor yang lemah,” kata Djoko ketika dihubungi, Rabu (6/8/2025).

Djoko mengkalkulasi, keuntungan kotor (gross profit) produk MHP diperkirakan turun dari US$10.000/ton pada 2023 menjadi US$7.000/ton pada 2024. Dia menilai hal tersebut mengurangi daya dorong harga produsen dan memberikan ruang penurunan harga di pasar.

Dia mengestimasikan harga jual MHP mengalami penurunan seiring turunnya tingkat payability dari kisaran 80%-81% menjadi sekitar 77%. Payability sendiri merupakan persentase dari harga acuan nikel di pasar London Metal Exchange (LME) yang digunakan sebagai dasar pembayaran kepada produsen MHP.

“Ekspansi kapasitas HPAL di Indonesia dan China terus meningkat pesat, menciptakan surplus pasokan mencolok hingga pertengahan 2025, yang menekan harga LME dan material terkait,” tegasnya.

Adapun, menurut data Shanghai Metals Market (SMM), harga free on board (FOB) MHP Indonesia memasuki Agustus tercatat sekitar US$12.496/ton nikel, atau hanya 83,5% hingga 84% terhadap harga nikel di indeks SMM.

Dari sisi suplai, menurut SMM, sirkulasi pasar MHP belakangan ini relatif ketat. Beberapa trader pun melaporkan menipisnya volume stok MHP yang tersedia.

“Beberapa pemain hulu dan hilir telah menandatangani pesanan untuk MHP kuartal IV dalam jumlah kecil [dari smelter HPAL di Indonesia],” papar SMM dalam laporan yang dilansir Jumat (1/8/2025).

Dari sisi permintaan, beberapa smelter HPAL tercatat telah mengajukan inquiry pekan lalu, meskipun sentimen pembelian secara keseluruhan masih lemah.

“Secara keseluruhan, penawaran dan permintaan pasar [bahan baku baterai nikel] tetap ketat, dan harga diperkirakan stabil dalam jangka pendek,” tulis SMM.

Sementara itu, harga acuan nikel sulfat SMM tercatat sebesar 27.132 yuan per metrik ton dengan penawaran yang masuk pada kisaran 27.130-27.610 yuan/ton. SMM melaporkan rerata harga nikel sulfat terbilang stabil, meskipun pasokannya terbatas. (azr/wdh)

Sumber:

– 07/08/2025

Temukan Informasi Terkini

ESDM Optimistis Produksi Batubara Tembus di Atas 700 Juta Ton di Tahun 2025

baca selengkapnya

Freeport Tetap Prioritaskan Pasar Domestik Meski AS Berlakukan Tarif Nol Persen

baca selengkapnya

MIND ID Siap Tingkatkan Produksi Aluminium Jadi 900 Ribu Ton

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top