Prospek Kinerja Trimegah Bangun Persada (NCKL) Tetap Solid, Cek Rekomendasi Sahamnya

KINERJA emiten nikel, termasuk PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), menghadapi tekanan dari ketidakpastian global, terutama akibat perang tarif. Namun, prospek NCKL diperkirakan tetap kuat berkat proyeksi peningkatan produksi dan efisiensi pengendalian biaya.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Ahmad Iqbal Suyudi, menilai perang tarif berpotensi menekan permintaan global, termasuk untuk kendaraan listrik. 

Tingginya tarif impor kendaraan listrik diperkirakan akan menurunkan volume produksi mobil listrik, yang berdampak pada melemahnya permintaan nikel sebagai bahan utama baterai.

“Meski belum ada tarif khusus untuk komoditas nikel, permintaan terhadap produk olahan nikel yang menurun turut melemahkan permintaan terhadap nikel itu sendiri,” ujar Iqbal kepada Kontan, Kamis (24/4).

Meski demikian, prospek NCKL dinilai tetap kokoh. Salah satu indikatornya adalah rata-rata harga jual (average selling price/ASP) nikel yang diperkirakan stabil. “Harga nikel tetap berada di kisaran US$ 15.000–US$ 16.000 per ton, meskipun ada tekanan dari kebijakan tarif Presiden Trump,” kata Iqbal.

Faktor pendukung lainnya adalah pasokan bijih nikel yang masih terbatas. Selain itu, rampungnya pembangunan smelter baru pada 2025 diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan NCKL.

Equity Analyst OCBC Sekuritas, Devi Harjoto, juga melihat prospek cerah bagi NCKL, terutama dari peningkatan penjualan bijih nikel setelah smelter tahap pertama milik Karunia Permai Sentosa (KPS) mulai beroperasi pada kuartal I-2025.

Produksi tambang Gane Tambang Sentosa (GTS) yang dijadwalkan dimulai pada semester II-2025 juga menjadi katalis positif. Tambang ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi hingga 185.000 ton, yang akan mengurangi ketergantungan terhadap pasokan eksternal.

“Proyeksi kami menunjukkan biaya kas NCKL akan tetap terjaga, memungkinkan margin EBITDA bertahan di atas 30%,” ujar Devi.

Ia juga mencatat peningkatan kontribusi dari usaha patungan (joint venture) NCKL. Kenaikan kepemilikan saham di Obi Nickel Cobalt (ONC) dari 10% menjadi 20% serta potensi peningkatan produksi dari produk turunan seperti nikel sulfat, kobalt sulfat, dan kobalt elektrolit diperkirakan akan mendukung pertumbuhan laba bersih NCKL.

“Kami menaikkan proyeksi laba bersih NCKL sebesar 0,8% menjadi Rp 7,17 triliun pada tahun 2025,” lanjutnya.

Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey, menyatakan prospek positif NCKL tercermin dari kinerja tahun 2024 yang tetap kuat. Laba bersih NCKL tahun 2024 tercatat tumbuh 9,6% secara tahunan menjadi Rp 6,38 triliun.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan signifikan pada segmen high pressure acid leach (HPAL), khususnya setelah fasilitas Obi Nickel Cobalt mencapai kapasitas penuh sejak Agustus 2024. 

Penjualan produk HPAL seperti mixed hydroxide precipitate (MHP) dan nikel sulfat meningkat hingga 68% secara tahunan. Pertumbuhan ini diperkirakan akan berlanjut pada 2025 seiring optimalisasi kapasitas produksi dan diversifikasi produk.

Andhika menyatakan prospek jangka panjang NCKL tetap menjanjikan, didukung proyek-proyek strategis yang mulai beroperasi tahun ini.

Ketiga analis tersebut memberikan rekomendasi beli (buy) untuk saham NCKL. Andhika menetapkan target harga Rp 680 per saham, Devi Rp 1.100, dan Iqbal di kisaran Rp 800 hingga Rp 850.

Sumber: https://investasi.kontan.co.id, 25 April 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top