PT Timah Tbk (TINS) memberikan bocoran mengenai kisi-kisi besaran dividend payout ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen pada tahun buku 2025 yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani menyampaikan bahwa dividen tahun buku 2025 tentunya akan diputuskan pemegang saham pada saat rapat umum pemegang saham (RUPS) tahun depan.
“Tapi kalau dari data historical, dividen yang kami bagikan itu di kisaran 30-40%,” ucap Fina dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Merujuk pada data Stockbit Sekuritas, pada tahun buku 2024, emiten anggota MIND ID tersebut mendistribusikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 63,73 per saham, setelah perseroan berhasil membalikkan rugi sebesar Rp 449 miliar pada 2023 menjadi untung sebesar Rp 1,18 triliun.
Kejar Target Produksi
Di balik komitmen pembagian dividen, PT Timah masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dikejar untuk dapat mencapai target sebagaimana rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) perseroan tahun ini.
Misalnya, dari sisi target produksi. PT Timah menargetkan volume produksi sesuai RKAP sebesar 21.500 ton bijih timah (Sn). Namun, sampai sembilan bulan 2025, TINS baru merealisasikan produksi sebesar 12.197 ton Sn dan 15.300 ton Sn hingga Oktober 2025.
Begitu pun dari sisi target laba bersih. Pada tahun ini, PT Timah membidik laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun dan sepanjang periode Januari–September 2025 baru membukukan laba bersih sebesar Rp 602 miliar.
Tidak berhenti di situ, serapan belanja modal (capital expenditure/capex) PT Timah juga masih terbatas di kisaran Rp 180–190 miliar sampai September 2025 dari capex yang dialokasikan sekitar Rp 469 miliar.
Fina tak memungkiri bahwa terdapat gap yang cukup tinggi antara realisasi dan target yang telah dicanangkan, pun demikian dengan serapan capex yang mayoritas digunakan untuk replacement alat produksi dan eksplorasi.
Terkait capex, Fina berterus terang, PT Timah memang selektif pada kegiatan produksi yang betul-betul memberikan dampak kepada produksi perseroan.
Kendati begitu, PT Timah tetap optimistis target laba dan produksi sesuai RKAP akan dapat dicapai, termasuk capex yang akan terserap sebesar Rp 300 miliar pada akhir 2025.
“Karena memang salah satu kendala kenapa September 2025 kinerja PT Timah belum optimal karena kami mengalami kendala penjualan. Nanti, penjualan yang tertunda akan kami rapel di kuartal IV-2025,” ucap Fina.
Kendala Produksi
Adapun beberapa kendala yang muncul seperti terlambatnya penerbitan persetujuan ekspor, lalu tidak tercapainya rencana perseroan membuka lokasi tambang baru terutama di Laut Rias, Beriga, dan Oliver.
Terlambatnya perpanjangan izin usaha pertambangan (IUP) akhirnya berdampak pada volume produksi di tahun berjalan.
Dan yang tak kalah penting, Fina menekankan, masih masifnya penambangan ilegal yang beroperasi di wilayah izin usaha pertambangan perseroan.
“Jadi, kendala-kendala itulah yang memengaruhi kinerja PT Timah. Kami akan optimalkan penjualan di kuartal IV-2025 dan akhir tahun baru dapat kami sampaikan kinerja paling optimal dari PT Timah,” imbuhnya.
Tanpa kecuali, pembukaan tambang yang tertunda pada 2025, Fina menyatakan PT Timah tetap mengupayakannya pada kuartal IV-2025 ini. “Meskipun nanti tidak selesai, (pembukaan 3 lokasi tambang yang tertunda itu) akan kami jadikan program di 2026,” papar Fina.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama PT Timah Tbk Harry Budi Sidharta menambahkan bahwa perseroan optimistis mencapai volume target produksi pada tahun ini sesuai RKAP.
“Kalau di sembilan bulan itu 12.197 ton, di bulan 10 sudah mencapai 15.300 ton dan kalau dilihat dengan kondisi sekarang per bulan itu sekitar 3.000, kami optimistis 22.000 ton di akhir tahun,” tutup Harry. Editor: Muawwan Daelami
