PTBA-PGAS Mau Hilirkan Batu Bara Jadi SNG, Butuh Dana Rp52 T

PT BUKIT Asam Tbk (PTBA) menyatakan proyek gasifikasi batu bara menjadi substitute natural gas (SNG) atau gas alam sintetis bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN membutuhkan investasi sebesar US$3,2 miliar atau sekitar Rp52,58 triliun (asumsi kurs saat ini).

Nah, berdasarkan kajian awal bersama PGN, estimasi kebutuhan investasi pabrik proyek ini adalah sebesar US$3,2 miliar,” kata Direktur Utama PTBA Arsal Ismail dalam rapat bersama Komisi XII, Senin (5/5/2025).

Arsal mengatakan proyek ini bertujuan untuk mencari alternatif solusi kebutuhan gas nasional dan dapat menambah diversifikasi portofolio energi gas nasional.

Dia  menjelaskan cadangan batu bara mencapai sekitar 2,93 miliar miliar ton per 2024. Untuk menggarap proyek tersebut, PTBA menggunakan batu bara dengan kalori rendah karena sangat sesuai untuk dikonversi menjadi gas sintetis.

Proyek SNG akan memanfaatkan 8,4 juta ton batu bara rendah kalori dengan potensi volume SNG yang dihasilkan sebesar 240 billion british thermal unit per day (BBtud) atau sekitar 1,6 juta ton per tahun.

Arsal menyebut proyek SNG nantinya akan dibangun di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Lokasi tersebut dinilai strategis karena dekat dengan infrastruktur PGN.

“Jadi PGN sudah punya infrastrukturnya, jaringan transmisinya itu untuk memenuhi kebutuhan Sumatra Selatan dan Jawa Barat yang sudah terkoneksi. Jadi kami hanya perlu membangun pipa tambahan sepanjang kurang lebih 57 km menuju Stasiun Gas Pagardewa,” tuturnya.

Arsal juga menambahkan skema proyek SNG nantinya berbentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV) antara PTBA, PGN dan mitra teknologi. Adapun, PTBA sebagai coal supplier atau pemasok batu bara.

“Jadi kami nanti akan terlibat tidak hanya sebagai coal supplier, tetapi juga di dalam joint venture-nya,” ucapnya.

Dia menjelaskan nantinya SNG ini akan didistribusikan oleh PGN melalui jaringan pipa eksisting kepada konsumen akhir.

Hingga saat ini, kata dia, PGN sedang dalam penyusunan head of agreement (HoA). Dalam waktu dekat, studi kelayakan atau feasibility study (FS) akan rampung guna mengevaluasi aspek teknis, keekonomian, serta formulasi harga yang kompetitif berdasarkan kajian sementara pada 2024.

“SNG yang dihasilkan ini nanti diproyeksikan akan kompetitif dibandingkan dengan harga LNG impor,” ujarnya. 

Dalam perencanaan, PTBA menargetkan front end engineering design (FEED) dapat dimulai 2026 dan diikuti dengan penandatanganan perjanjian kerja sama, keputusan investasi final, proses pembiayaan, dan perizinan.

Jika proses itu berjalan sesuai rencana, maka pekerjaan lapangan konsumen ditargetkan dimulai pada 2028. Sementara itu, operasional komersialnya pada 2032. 

“Dan estimasi waktu konstruksi pabriknya berdasarkan masukan calon mitra teknologi yang memerlukan waktu kurang lebih tiga setengah tahun,” tuturnya. (mfd/wdh)

Sumber: https://www.bloombergtechnoz.com, 5 Mei 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top