Redam Defisit LPG, Bahlil Targetkan Pabrik DME PTBA Dibangun Tahun Depan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan pembangunan fasilitas produksi dimethyl ether (DME) milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dapat dimulai tahun depan. Menurutnya, keputusan akhir mengenai dimulainya konstruksi fasilitas substitusi LPG impor tersebut akan ditentukan bulan depan.

Bahlil menilai pembangunan pabrik DME PTBA penting karena konsumsi LPG nasional diperkirakan naik 1,2 juta ton menjadi sekitar 10 juta ton pada 2026. Kenaikan kebutuhan tersebut disebabkan oleh pengoperasian pabrik milik PT Lotte Chemical Indonesia pada bulan ini.

“Kapasitas produksi LPG nasional sekitar 1,3 juta sampai 1,4 juta ton per tahun. Dengan demikian, defisit LPG tahun depan diperkirakan mencapai 8,6 juta ton. Kami akan mengadakan rapat dengan Menteri Investasi dan Presiden Prabowo Subianto untuk memutuskan pembangunan DME tahun depan,” kata Bahlil di Gedung DPR, Selasa (11/11).

Bahlil menyampaikan bahwa rapat bersama Presiden akan menentukan lokasi pembangunan DME serta penyedia teknologi untuk pabrik tersebut. Pemerintah juga telah memastikan bahwa investasi pembangunan DME akan dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah telah sepakat bahwa sumber dana investasi untuk membiayai 18 proyek hilirisasi berasal dari Daya Anagata Nusantara. Konstruksi DME PTBA menjadi salah satu dari 18 proyek yang telah disetujui tersebut.

Bahlil mencatat, 18 proyek hilirisasi senilai Rp 618 triliun tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan. “Namun 90% dari dana investasi tersebut akan digunakan untuk hilirisasi sektor mineral, batu bara, minyak bumi, dan gas bumi, termasuk konstruksi pabrik DME,” katanya.

Sebelumnya, kebutuhan investasi proyek DME PTBA diperkirakan mencapai Rp 164 triliun. Proyek gasifikasi batu bara ini rencananya dibangun di Kalimantan, yakni di Kabupaten Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, dan di Sumatera, termasuk Kabupaten Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Banyuasin.

Perusahaan pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc., tercatat mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia karena tingginya harga batu bara membuat proyek menjadi tidak ekonomis. Karena itu, Menteri Investasi Rosan P. Roeslani mengatakan masih perlu evaluasi terkait rencana investasi yang efisien untuk proyek ini, termasuk kemungkinan mitra yang dapat digandeng Danantara.

“DME ini sebelumnya pernah dicoba dijalankan, sempat groundbreaking, kemudian berhenti. Danantara tidak mau hal itu terjadi lagi,” kata Rosan di Istana Merdeka, Kamis (6/11). Editor: Tia Dwitiani Komalasari

Sumber:

– 11/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Harga Emas Solid, Merdeka Copper (MDKA) & Bumi Resources (BRMS) Kebut Ekspansi

baca selengkapnya

Rapor Kinerja Indo Tambang (ITMG), Laba Turun & Produksi Naik

baca selengkapnya

PNBP Sektor ESDM Baru Capai Rp 200,66 Triliun, 78,74% dari Target APBN 2025

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top