PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menyiapkan strategi untuk menghadapi semester II/2025. ITMG akan memastikan dapat memenuhi target produksi dan penjualan untuk tahun ini.
ITMG menargetkan bisa memproduksi sebanyak 20,8 juta ton hingga 21,9 juta ton batu bara tahun ini. Sampai semester I/2025, ITMG memproduksi sebesar 10,4 juta ton batu bara.
Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Mulianto menjelaskan sampai akhir tahun ini, ITMG masih memiliki strategi yang sama, yaitu memperkuat bisnis inti perseroan sebagai perusahaan tambang batu bara.
“Tapi kami juga mau memastikan bahwa kami melaksanakan transformasi atau transisi ke depan, ke arah energi yang lebih pintar dan lebih hijau,” kata Mulianto dalam public expose live, Rabu (10/9/2025).
Dia melanjutkan, untuk memastikan ekspansi tersebut bisa terjadi, dari sisi bisnis batu bara, ITMG akan mengeluarkan sejumlah dana untuk memastikan kapasitas perseroan bisa mendukung untuk pertumbuhan ke depan. Sementara itu, dari sisi strategi perusahaan dari sisi transformasi, ITMG akan tetap berorientasi kepada dua hal.
Fokus transformasi pertama ITMG adalah yang critical mineral seperti nikel, bauksit, tembaga, emas, dan lain-lain. ITMG juga fokus pada sisi renewables, seperti pada solar panel.
“Nah apakah sampai akhir tahun ini akan terjadi ekspansi atau corporate action? Semuanya sedang dalam proses, apabila hal itu terjadi kita akan segera informasikan kepada publik,” ucap Mulianto.
Direktur ITMG Yulius Kurniawan Gozali menjelaskan dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan di semester kedua, ITMG melihat penurunan kinerja perusahaan di semester I/2025 terutama disebabkan karena penurunan harga rata-rata batu bara.
“Berita baiknya adalah di semester dua ini kita melihat harga batu bara akan cukup stabil, dan juga dari sisi produksi akan lebih tinggi. Sehingga dari sisi pendapatan kami memperkirakan bahwa pendapatan akan naik lebih tinggi dibandingkan dengan semester pertama,” tutur Yulius.
Hal kedua, lanjut Yulius, dari sisi biaya ITMG akan melakukan cost efficiency. ITMG menurutnya tengah mengkaji bagian mana saja dari sisi biaya yang dapat diturunkan ITMG. Dia berharap hal ini akan mendukung kinerja ITMG untuk semester kedua tahun ini.
Yulius juga menjelaskan ITMG melihat outlook dari harga batu bara ke depannya masih akan cukup stabil. Menurutnya, ITMG melihat adanya kenaikan dari sisi permintaan atau demand, terutama dari negara-negara seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Namun, di sisi lain, ITMG melihat dari sisi supply, produksi batu bara Indonesia masih cukup tinggi, walaupun beberapa tambang sudah menurunkan tingkat produksinya dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi.
“Sehingga kami melihat walaupun demand tumbuh, berkembang, karena supply masih cukup banyak, kami hanya melihat bahwa harga masih akan stabil di level-level sekarang,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur ITMG Junius Prakarsa Darmawan menuturkan dari sisi financial ITMG, satu hal yang menurut perseroan cukup dapat membantu untuk mencapai target akhir tahun adalah posisi kas dan keuangan yang cukup baik.
“Jadi memang dari kas perusahaan ini kami juga mencoba melakukan pendanaan secara internal, terutama untuk memenuhi kebutuhan belanja modal. Karena memang kami melihat pengembangan atau produksi dari area pertambahan kami,” kata Junius.
Junius menyampaikan ITMG akan memfokuskan pengembangan infrastruktur perseroan pada area tersebut, seperti misalnya pengembangan pelabuhan muat batu bara, dan juga infrastruktur jalan. Pengembangan tersebut membuat ITMG dapat mencapai kapasitas yang ditargetkan untuk pengembangan tingkat produksi.
Lalu, untuk pengembangan Energi Terbarukan, maupun juga corporate action lainnya, Junius mengatakan ITMG akan berupaya untuk menyeimbangkan antara dana yang dimiliki oleh perusahaan dengan sumber-sumber pendanaan lainnya.
Prospek Kinerja Semester II/2025
ITMG mencetak kinerja yang menurun sepanjang semester I/2025. ITMG membukukan pendapatan bersih sebesar US$919,4 juta atau setara Rp14,9 triliun (kurs jisdor Rp16.231 per dolar AS 30 Juni 2025). Angka tersebut turun 12,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY) sebesar US$1,04 miliar.
Alhasil, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk atau laba bersih ITMG terkoreksi 29,51% YoY menjadi US$90,9 juta atau setara Rp1,47 triliun.
Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia Arnanto Januri dalam risetnya mengatakan laporan kinerja ini sesuai dengan ekspektasi JP Morgan.
Arnanto juga mencermati average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata batu bara ITMG per ton perseroan terkoreksi 8% QoQ dan anjlok 21% YoY menjadi US$74. EBITDA per ton ITMG juga turun menjadi US$14 atau turun 16% QoQ dan melemah 31% YoY.
“Performa keuangan ini akan menjadi sentimen negatif bagi kinerja saham perseroan yang sempat mencatatkan penguatan sejak pertengahan Juli 2025. Apalagi, harga batu bara berada dalam tren penurunan hingga memasuki kuartal III/2025,” tulis Arnanto.
Sentimen lainnya terhadap ITMG datang dari imbal hasil dividen interim yang berada di bawah konsensus. Menurutnya, dengan asumsi pembayaran dividen interim sebesar 65%, saham ITMG menawarkan imbal hasil sekitar 3,5% untuk periode yang akan datang.
“Hal ini dapat menimbulkan kejutan negatif, karena konsensus untuk setahun penuh saat ini menunjukkan imbal hasil sekitar 10% pada tahun 2026,” ujarnya.
Adapun Tim Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) melihat secara sektoral, sektor energi yang menjadi sektor ITMG berada, pada semester II/2025 terlihat memiliki peluang moderat, meski laba bersih emiten-emiten di sektor ini turun akibat harga komoditas global yang melemah.
“Indeks sektoral energi sendiri masih hijau karena ada support dari dividen tinggi dan permintaan domestik. Sektor energi masih bisa dikatakan defensif, tetapi dengan peluang penguatan yang terbatas,” kata Tim Riset KISI.
Tim Riset KISI juga menyebut, saat ini investor pasar modal mulai selektif. Sebagian dana investor dirotasi ke sektor lain seperti teknologi dan sektor konsumer yang lebih memperlihatkan pertumbuhan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Ibad Durrohman