Smelter Nikel dengan Energi Terbarukan Pertama Hadir di Morowali

PT ANUGRAH Neo Energy Materials (ANEM) melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) yang berlokasi di Kawasan Industri Neo Energy Morowali (NEMIE).

Untuk diketahui, pembangunan smelter HPAL ini disebut pula menjadi pembangunan smelter pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan. Smelter itu akan mengolah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan prekusor katoda baterai EV.

Kawasan Industri NEMIE telah mendapatkan Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) pada Agustus 2024.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa proyek baterai HPAL Neo Energy ini diharapkan akan mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun.

“Saya monitor alat berat yang dioperasikan di sini seluruhnya berbasis elektrik. Kita mengapresiasi bahwa kawasan ini mendukung target zero emission di pertambangan dan industrinya,” kata Airlangga  dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (15/8/2024).

“Karena statusnya sebagai Proyek Strategis Nasional, maka tentu kerja sama dengan aparat TNI/Polri menjadi penting karena ini aset nasional. Saya harap dengan adanya kolaborasi ini bisa menunjang industri kita untuk transisi dari energi fosil menjadi new energy,” sambungnya.

Secara umum, beberapa Kawasan Industri di Kabupaten Morowali turut berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerahnya. Di 2023, pertumbuhan PDRB Kabupaten Morowali mencapai 20,34% dengan kontribusi industri pengolahan mencapai 72,72%.

Sementara itu, nilai  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kabupaten Morowali mencapai Rp927,23 juta pada 2023, yang menjadi nilai tertinggi di Indonesia karena didorong faktor ekspor komoditas.

Selain itu, berdasarakan data Kementerian Investasi/BKPM bahwa hingga Juni 2024 total investasi untuk hilirisasi nikel, terutama yang terkait dengan pembangunan smelter dan pabrik baterai kendaraan listrik, telah mencapai US$30 miliar.

Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 2.000 GWh kapasitas baterai lithium-ion telah digunakan secara global, guna mendukung 40 juta kendaraan listrik dan ribuan proyek energy storage.

Terkait hal ini, Indonesia, yakni Airlangga berpotensi menjadi pemain kunci global dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV) yakni dapat menyuplai baterai EV sebesar 210 GWh per tahun, karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral khususnya nikel.

“Oleh karena itu, berbagai negara melihat Indonesia penting menjadi bagian dari critical minerals. Indonesia sedang bicara dengan Amerika Serikat terkait critical minerals agreement, berbicara juga dengan Uni Eropa. Dan juga dengan negara lain seperti Kanada dan Australia, di mana kalau Indonesia-Kanada dan Indonesia-Australia bergabung maka kekuatan dari ekosistem EV itu akan kuat, baik itu berupa lithium maupun nikel, bahkan sekarang ada yang sedang dikembangkan lagi berbasis sodium atau garam,” tuturnya. (prc/lav)

Sumber: bloombergtechnoz.com, 15 September 2024

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Rabu, 3 September 2025

baca selengkapnya

Ekspor Batubara Periode Januari-Juli 2025 Turun, Langkah China dan India Jadi Penentu

baca selengkapnya

Dukung Pertumbuhan dan Refinancing, BUMA Terbitkan Obligasi Rp1,4 Triliun

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top