Smelter RKEF Antam-CATL Konstruksi Akhir September 2025

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menargetkan kontruksi smelter nikel pirometalurgi berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) di kawasan industri Feni Haltim (FHT) dimulai akhir bulan ini.

Pabrik pemurnian nikel itu menjadi bagian dari investasi Antam bersama dengan konsorsium yang dipimpin raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).

Investasi CATL dilakukan lewat Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend. Dua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai setrum.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Arianto S. Rudjito mengatakan perseroan bersama dengan CBL saat ini tengah merampungkan pemilihan kontraktor engineering, procurement, and construction (EPC) proyek. Arianto berharap proses itu bisa selesai untuk selanjutnya memasuki tahap kontruksi akhir bulan ini.

“[Kami] akan melakukan injeksi setoran modal pertama, di mana harapannya akan memulai konstruksi di akhir September atau Oktober,” kata Arianto saat public expose, Kamis (11/9/2025).

Proyek dengan nilai investasi mencapai US$1,4 miliar itu ditargetkan beroperasi pada 2027 mendatang. Adapun, kapasitas pabrik mencapai 88.000 ton nickel pig iron (NPI) per tahun.

ANTM memegang 40% saham pada usaha patungan yang dibentuk bersama dengan CBL yang mengendalikan smelter itu, PT Feni Haltim (FHT).

“Ini sejalan dengan rencana di mana penyelesaian kontruksi dijadwalkan di akhir 2026 dan commissioning di tahun 2027,” kata dia.

Adapun, proyek smelter itu menjadi bagian dari investasi integrasi CBL bersama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan kode proyek Dragon.

Investasi terintegarasi dari sisi hulu tambang ke perakitan baterai listrik itu diperkirakan bakal menelan investasi mencapai RpUS$6 miliar atau sekitar Rp96 triliun.

IBC bersama dengan konsorsium CBL telah menandatangani sejumlah usaha patungan atau joint venture (JV) pada beberapa tahap bisnis baterai EV itu dari sisi hulu atau upstream tambang nikel, antara atau midstream, sampai hilir atau downstream berupa pabrik sel baterai.

Di sisi hulu, terbentuk 3 usaha patungan di antaranya PT Sumber Daya Arindo (SDA), yang mengelola tambang nikel. Antam memegang 51% saham sementara sisanya dipegang afiliasi CBL, Hongkong CBL Limited (HKCBL).

Selanjutnya, usaha patungan di sisi pabrik pirometalurgi atau smelter berbasis RKEF dan kawasan industri lewat PT Feni Haltim (FHT), dengan porsi saham Antam 40%.

Sementara itu, Antam memegang saham 30% untuk usaha patungan pabrik hidrometalurgi atau high pressure acid leach (HPAL).

Adapun, usaha patungan lainnya dikerjakan IBC bersama dengan CBL meliputi bahan baku baterai, perakitan sel baterai hingga daur ulang. IBC cenderung memiliki saham minoritas pada lini kerja sama midstream sampai hilir ini.

IBC memegang saham 30% untuk proyek pengolahan bahan baku baterai dan perakitan sel baterai. Sementara itu, IBC mendapat bagian 40% saham untuk usaha patungan di sisi daur ulang baterai. (naw)

Sumber:

– 11/09/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Jumat, 12 September 2025

baca selengkapnya

Kinerja Segmen Nikel Aneka Tambang (ANTM) Naik, Sumbang Laba Hingga Rp 3,53 Triliun

baca selengkapnya

PTBA Jadi Korban B40, Laba Anjlok Meski Pendapatan Naik

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top