Sudah Dibantu Mati-matian China, Harga Batu Bara Ambruk Lagi

Lari kencang harga batu bara akhirnya terhenti.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak September pada perdagangan kemarin, Rabu (27/8/2025) ditutup di US$ 110,0 per ton atau melemah 0,72%.

Pelemahan ini memutus tren positif harga batu bara yang terbang dalam dua hari beruntun sebelumnya dengan penguatan 0,91%.

Harga batu bara justru melemah di tengah banyaknya sentiment positif.

Menurut laporan riset Shanxi Securities yang dikutip dari Zhitong Finance APP, tren kontraksi impor batu bara Tiongkok mulai melambat. Laju pertumbuhan negatif secara tahunan pada Juli menunjukkan perlambatan marginal, sementara secara bulanan terjadi kenaikan.

Tren anti-involution yang belakangan mencuat turut mendorong stabilisasi sekaligus rebound harga batu bara domestik.

Produksi batu bara mentah dalam negeri mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun bulanan, sehingga menciptakan gap pasokan yang mendorong permintaan impor.

Seiring harga batu bara terus naik di luar ekspektasi, kinerja saham-saham batu bara diperkirakan akan kembali pulih.

Dari Januari-Juli, impor batu bara masih kontraksi 13% secara tahunan (year on year/YoY). Pada Juli, impor turun 22,94% YoY, namun naik 7,78% secara bulanan (MoM). Semua jenis batu bara tercatat negatif YoY, namun hanya antrasit yang negatif MoM.

Data terbaru menunjukkan impor China, terutama dari Indonesia , mulai meningkat.

Laporan Kpler yang dikutip oleh Clyde Russell dari Reuters memperkirakan impor batubara termal China akan mengalami kenaikan signifikan bulan ini.

Impor batubara thermal via laut (seaborne) ke China diperkirakan mencapai 25,63 juta ton pada Agustus 2025, naik dari 22,77 juta ton di Juli. Ini menandai volume tertinggi sejak Desember 2024.

Indonesia menjadi pemasok utama dengan angka sekitar 16,13 juta ton. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam lima bulan.

Pasokan dari Australia diperkirakan 5,84 juta ton, melonjak selama tiga bulan berturut-turut.

Kenaikan impor ini terjadi setelah produksi batubara domestik mengalami penurunan, yaitu turun 3,8% pada bulan lalu. Namun, produksi batubara dalam negeri selama tujuh bulan pertama tahun ini justru naik dengan persentase yang sama.

Penurunan pada Juli tersebut merupakan akibat dari intervensi pemerintah untuk mengekang kelebihan pasokan serta kondisi cuaca yang tidak mendukung, termasuk panas ekstrem dan hujan deras yang menyulitkan proses produksi batubara.

Tingkat pembangkitan listrik yang lebih tinggi dari pembangkit listrik tenaga batubara juga membantu mengurangi kelebihan pasokan.

Produksi domestik menurun YoY dan MoM. Sejak Juni, kokas sudah menunjukkan perubahan, lalu pada Juli tren diikuti oleh batu bara termal & lignit. Hanya antrasit yang kontraksinya makin cepat.

Di sisi lain, muncul kabar kurang mengenakkan dari China.

Asosiasi Industri Batu bara Kokas China (China Coking Industry Association) membantah tegas tuduhan telah melakukan koordinasi untuk menaikkan harga di antara produsen batubara.

Pernyataan ini disampaikan setelah muncul laporan yang memicu kekhawatiran antitrust dan potensi pengawasan regulasi. Salah satu perwakilan senior asosiasi menegaskan bahwa pihaknya “absolutely tidak akan mencampuri penetapan harga. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 28/08/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Kamis, 28 Agustus 2025

baca selengkapnya

Bos Freeport Beber Kelanjutan Lobi Divestasi 10% Saham ke MIND ID

baca selengkapnya

IPO Anak Usaha MDKA Proyek Emas Pani Digadang Jadi yang Terbesar di 2025

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top