Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan longsor yang terjadi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Papua Tengah membuat kapasitas produksi tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) turun menjadi 30% dari total kapasitas.
Direktur Jenderal (Dirjen) Minerba ESDM Tri Winarno memastikan areal tambang milik Freeport lainnya masih beroperasi secara normal. Akan tetapi, kapasitas produksi tambang PTFI anjlok hanya menjadi 30% dari total produsi.
“Produksi pasti berdampak. Sementara ini, produksi [di tambang GBC] berhenti. [Kapasitas produksi tambang hanya] 30% dari kapasitas total,” kata Tri, ditemui awak media, di Kompleks Parlemen, Senin (15/9/2025).
Tri memastikan proses evakuasi tujuh pekerja yang terjebak di areal tambang bawah tanah tersebut masih berlanjut hingga hari ini, Senin (15/9/2025). Saat ini, tim evakuasi berupaya mengeluarkan material longsor yang menutup akses menuju tambang GBC.
“Belum, belum [ditemukan]. Masih diupayakan,” tegas dia.
Lebih lanjut, Tri menungkapkan, dari tujuh pekerja yang terjebak dua diantaranya merupakan warga negara asing (WNA). Perinciannya, satu pekerja merupakan warga negara Cile, satu warga negara Afrika Selatan, dan lima warga negara Indonesia (WNI).
Dia menyatakan Freeport telah berkomunikasi dengan keduataan Cile dan Afrika Selatan untuk menginformasikan terdapat warga negaranya yang terjebak di areal tambang bawah tanah Freeport.
“Namun, sudah untuk komunikasi sama kedutaan masing-masing sudah,” ungkap Tri.
Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membeberkan tenggat evakuasi maksimal 30 jam dari kejadian awal telah meleset.
Hanya saja, Yuliot mengatakan, tim di lapangan telah telah membuat dua kanal terowongan baru untuk mengatasi longsoran di lokasi insiden tambang tembaga bawah tanah di Papua Tengah itu.
“Jadi 2 terowongan baru itu sudah sampai di titik lokasi awal. Ini tempat pegawai yang terjebak tadi. Namun, [pekerja] yang bersangkutan tidak ada di lokasi yang bersangkutan, karena terowongan yang ada di dalam itu kan ini berliku-liku dan juga cukup dalam,” kata Yuliot ditemui di kantor Kementerian ESDM, akhir pekan lalu.
Berdasarkan pantauan terakhir, terangnya, tim evakuator sempat menjalin komunikasi awal via handy talky (HT) dengan para pekerja yang terjebak tersebut. Akan tetapi, saat ini komunikasi tersebut terputus dan lokasi mereka belum ditemukan.
“Jadi komunikasi ini mungkin habis baterai atau apa, ini sudah putus komunikasi. Namun, tim di lapangan itu berusaha untuk melihat arahnya ke terowongan mana, karena kondisinya agak berbeda dari perkiraan awal, ini diusahakan secepatnya.”
Hingga saat ini Freeport Indonesia mengandalkan tiga tambang yang dimiliki yakni; Grasberg Block Cave yang menghasilkan sekitar 140.000 ton bijih sehari, Deep Mill Level Zone (DMLZ) sekitar 70.000 ton bijih sehari, dan Big Gossan 7.000 ton bijih per hari dengan kadar tembaga yang lebih tinggi.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan evakuasi tujuh pekerja yang terjebak di area tambang bawah tanah GBC memiliki tantangan yang cukup berat, sebab areal terdampak material longsor ternyata jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
Tony menjelaskan areal terdampak longsor yang jauh lebih besar dari prediksi itu membuat penanganan yang dilakukan ekstra dan memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu, longsoran lumpur bijih atau wet muck tersebut dinyatakan masih mengalami pergerakan.
“Saat ini saya berada di Tembagapura, Papua Tengah, bersama dengan seluruh direksi dan manajemen untuk memberikan dukungan penuh, support terhadap upaya penyelamatan tujuh karyawan warga besar Freeport yang terjebak dalam insiden longsor lumpur bijih atau wet muck yang turun dalam jumlah yang besar,” ujar Tony dalam video keterangan pers, pekan lalu.
Saat ini, tim tanggap darurat Freeport masih terus berupaya membuka akses ke lokasi perkiraan posisi tujuh karyawan tersebut. Langkah itu dilakukan dengan bantuan teknologi alat berat, bor, dan drone.
Adapun, Freeport sebelumnya mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM menyetujui volume bijih yang ditambang Freeport sebanyak 212.000 ton per hari dalam revisi rancangan kerja anggaran dan biaya (RKAB) 2025.
Dalam bijih tersebut terdapat 1% kandungan tembaga dan 1 gram/ton emas. Sementara itu, bijih yang ditambang secara anual ditargetkan sebanyak 75-77 juta ton untuk tahun ini.
Jumlah konsentrat yang diproduksi secara harian disetujui sebanyak 10.000 ton dan secara tahunan 3,5 juta ton, tergantung kadar tembaga yang ditambang. Kemudian, produksi tembaga tahun ini sebanyak 1,67 miliar pon, emas 1,6 juta ons, dan 5,7 juta ons. (azr/wdh)