Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyebut, Indonesia telah memperoleh pembebasan tarif resiprokal dari Amerika serikat (AS) untuk komoditas tembaga. Selain tembaga, pemerintah juga sedang meminta penurunan tarif untuk beberapa komoditas komoditas seperti nikel dan lain-lain.
Tarif resiprokal merupakan kebijakan yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada April lalu. Indonesia sejauh ini mendapatkan besaran tarif sebanyak 19%.
“Ada beberapa barang atau komoditas yang tidak dihasilkan AS itu tarifnya bisa menjadi kurang (dari 19%). Kebetulan untuk tembaga sudah disetujui (AS) menjadi 0%,” kata Rosan dalam Indonesia-Japan Executive Dialogue 2025, Rabu (6/8).
Rosan mengatakan, ada sinyal permintaan penurunan tarif untuk nikel dan lainnya juga akan disetujui. “Mungkin tidak 0%, tapi jauh di bawah 19%. Itu hal positif yang ingin saya bagikan,” ujarnya.
Kinerja Ekspor Nikel
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor nikel Indonesia menguat lagi pada 2024, melanjutkan tren pertumbuhan pesat yang terjadi sejak 2022. Pada 2024, volume ekspor industri pengolahan logam dasar nikel Indonesia mencapai 1,92 juta ton, naik 53% dibanding 2023 (year-on-year/yoy).
Dalam periode tersebut, nilai ekspor nikel nasional juga naik 17% (yoy) menjadi US$7,99 miliar. Namun demikian, AS bukanlah negara utama tujuan ekspor nikel Indonesia.
Pada 2024, Indonesia paling banyak mengekspor logam dasar nikel ke Cina, dengan volume 1,77 juta ton. Pengiriman ke Cina tersebut setara 92% dari total volume ekspor nikel nasional.
Negara lain yang menjadi pembeli utama nikel Indonesia pada 2024 adalah Jepang, Belanda, Korea Selatan, Singapura, Norwegia, dan Taiwan. Editor: Tia Dwitiani Komalasari