Tembaga Makin Bullish Gegara Spekulasi Pemangkasan Bunga The Fed

Tembaga masih bertahan di zona bullish di atas US$10.000/ton hingga hari ini, saat pasar mengantisipasi pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed) untuk pertama kalinya sejak Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Di London Metal Exchange (LME) siang hari ini, tembaga diperdagangkan di harga US$10.186/ton atau menguat 1,18% dari penutupan kemarin.

Sejak pembukaan pekan ini, harga tembaga konstan naik lebih dari 1%. Sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) kenaikan harga tembaga telah mencapai lebih dari 15%, menurut perhitungan Bloomberg. 

Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dari bank sentral Amerika Serikat (AS) cenderung mendukung komoditas dengan meningkatkan permintaan dan melemahkan dolar, sehingga membuatnya lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Analis komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono mengatakan sentimen makroekonomi akibat meningkatnya spekulasi pasar terkait dengan peluang pemangkasan suku bunga The Fed telah melemahkan indeks dolar AS.

Indeks Spot Dolar Bloomberg turun pada Senin (15/9/2025) ke level terendah dalam lebih dari sebulan, dan stabil pada Selasa (16/9/2025).

“Seperti halnya nikel, pelemahan dolar AS membuat tembaga lebih terjangkau, memicu minat beli. Faktor ini memberikan dorongan signifikan pada harga tembaga, yang saat ini berada di level US$10.000,” terangnya.

Sejumlah faktor lain, kata Wahyu, turut mendukung kenaikan harga tembaga global. Permintaan dari sektor energi hijau seperti panel surya dan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), misalnya, dipandang memperkuat kenaikan harga tembaga global.

Selain itu, penutupan sementara sebagian operasi tambang tembaga Grasberg milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua Tengah juga menjadi sentimen pendorong harga komoditas logam merah itu.

Wahyu memprediksi harga tembaga global bisa menyentuh US$10.800/ton jika gangguan operasional di tambang Grasberg Block Cave (GBC) Freeport berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.

Sementara itu, jika operasional tambang tembaga terbesar ketiga di dunia tersebut dapat pulih dengan cepat maka harga tembaga global diprediksi mengalami koreksi turun.

Dia memprediksi nilai resistance terdekat yang akan diuji yakni pada level US$10.250/ton. Jika level tersebut, maka level resistance terdekat berada di angka US$10.500/ton.

Sementara itu, level support tembaga terkuat berada di level US$9.800/ton. Jika harga tembaga melandai ke level tersebut, ia mencermati level support berikutnya di level US$9.650/ton.

Outlook jangka pendek, [tembaga] cenderung bullish atau menguat. Gangguan pasokan dari Freeport dan pelemahan dolar AS akan terus menjadi katalis positif. Harga berpotensi menguji level US$10.500,” kata Wahyu.

— Dengan asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama (wdh)

Sumber:

– 16/09/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Jumat, 31 Oktober 2025

baca selengkapnya

PTBA Bukukan Laba Rp 1,59 Triliun pada Kuartal III-2025

baca selengkapnya

Amman (AMMN) Rugi Rp2,97 Triliun per Kuartal III/2025 Imbas Larangan Ekspor Konsentrat

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top