PT Timah Tbk. (TINS) membangun pabrik percontohan (pilot plant) pengolahan mineral ikutan bijih timah di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk mengembangkan logam tanah jarang atau rare earth elements (REE) yang memiliki nilai strategis tinggi bagi industri masa depan.
Corporate Secretary PT Timah Tbk Rendi Kurniawan mengatakan pengembangan mineral ikutan ini berpotensi besar mendukung agenda transisi energi nasional. REE merupakan bahan penting dalam industri teknologi tinggi, mulai dari pembuatan chip semikonduktor, turbin angin, kendaraan listrik, hingga perangkat pertahanan.
“Pengembangan logam mineral ikutan ini berpotensi mendukung transisi energi, termasuk rare earth element (REE),” kata Corporate Secretary PT Timah Tbk, Rendi Kurniawan dikutip dari Antara di Pangkalpinang, Senin (29/9/2025).
Menurutnya, pemerintah akan melibatkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk memperkuat riset pengolahan REE sehingga potensi yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal. “Kita akan melakukan beberapa penelitian, pembangunan pilot plan dan kita akan coba usahakan secepat mungkin,” katanya.
Potensi Besar, Teknologi Masih Jadi Kendala
Sebelumnya saat rapat dengan Komisi VI pada Mei 2025 lalu, Direktur Utama TINS Restu Widiyantoro mengungkapkan potensi kandungan logam tanah jarang di wilayah Bangka Belitung diperkirakan mencapai 25.700 ton. Namun, keterbatasan teknologi pengolahan masih menjadi hambatan utama dalam mengoptimalkan potensi tersebut.
“Kami sudah mencoba menjajaki, berkomunikasi, dan berkolaborasi untuk kerja sama, tapi hingga hari ini teknologi itu belum bisa kami dapatkan. Yang ada justru pihak yang siap menyediakan peralatan, padahal yang kami butuhkan ilmunya,” kata Restu dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI.
Restu juga mengakui bahwa selama lebih dari satu dekade terakhir, pengembangan logam tanah jarang berjalan lambat karena terbatasnya akses terhadap teknologi.
Direktur Operasi dan Produksi PT Timah Nur Adi Kuncoro menambahkan potensi REE terkandung dalam mineral monasit hasil penambangan timah, meskipun konsentrasinya relatif kecil, yakni di bawah 1% dari total material. Namun, potensi ini dinilai signifikan untuk meningkatkan nilai tambah produk.
Lima unsur logam tanah jarang utama yang terkandung dalam monasit PT Timah adalah cerium, lantanum, neodymium, yttrium, dan praseodymium. “Ini adalah beberapa logam yang mempunyai nilai ekonomi cukup signifikan, dengan persentase kandungan 3 sampai 35% dari mineral monasit tersebut,” jelas Nur Adi. Editor : Anggara Pernando