PT United Tractors Tbk (UT) mencatatkan kinerja keuangan yang solid pada semester pertama 2025, dengan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp68,5 triliun, naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp64,5 triliun. Meski laba bersih mengalami penurunan 15% menjadi Rp8,1 triliun, perusahaan tetap optimis terhadap prospek bisnis ke depan.
Pencapaian tersebut disampaikan dalam Paparan Publik UT yang digelar secara daring dalam rangka Public Expose Live 2025 oleh Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/9/2025). Acara ini dihadiri oleh jajaran direksi termasuk Presiden Direktur Frans Kesuma, yang mengungkapkan keyakinannya terhadap ketahanan bisnis perusahaan.
“Secara umum, kinerja Perseroan hingga pertengahan tahun 2025 berjalan cukup baik dan sejalan dengan rencana. Di tengah tekanan harga batu bara, kami tetap mampu menjaga neraca keuangan yang kuat dan terus menjajaki peluang investasi. Dengan fondasi ini, kami optimis dapat mencatatkan kinerja lebih baik di tahun 2026,” ujar Frans melalui pers rilis yang diterima Nikel.co.id, Rabu (10/9/2025).
Salah satu sorotan utama adalah pertumbuhan tajam di segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya, yang mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 60% menjadi Rp7,0 triliun. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan dan harga rata-rata emas.
Tambang emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources mencatatkan penjualan 136 ribu ons emas, sementara tambang emas Sumbawa yang dikelola PT Sumbawa Jutaraya menyumbang 7 ribu ons. Total penjualan setara emas naik 12% menjadi 143 ribu ons hingga Juli 2025.
Sementara itu, bisnis nikel juga menunjukkan kinerja positif. PT Stargate Pasific Resources (SPR) mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1,3 juta wet metric ton (wmt), terdiri dari 415 ribu wmt saprolit dan 876 ribu wmt limonit dari tambang di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
UT juga memiliki 20,14% saham di Nickel Industries Limited (NIC), perusahaan nikel terintegrasi yang beroperasi di Indonesia. Meskipun bisnis NIC terdampak oleh penurunan nilai atas dua proyek lama, Frans menyatakan bahwa kontribusi segmen nikel akan terus diperkuat seiring peningkatan permintaan nikel global untuk baterai kendaraan listrik.
Segmen Mesin Konstruksi menjadi kontributor pendapatan terbesar kedua dengan nilai Rp20,9 triliun, meningkat 34% dibandingkan semester pertama 2024. Hingga Juli 2025, UT berhasil menjual 3.098 unit alat berat Komatsu, naik 23% secara tahunan, dan mempertahankan pangsa pasar sebesar 24%.
Penjualan kendaraan niaga juga menunjukkan tren positif. Scania terjual sebanyak 323 unit (naik dari 229 unit), dan UD Trucks sebanyak 114 unit (naik dari 103 unit). Pendapatan dari penjualan suku cadang dan layanan purna jual juga meningkat 2% menjadi Rp5,5 triliun.
Namun, tidak semua segmen mencatat pertumbuhan. Kontraktor Penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara dan anak usahanya mencatat penurunan pendapatan 7% menjadi Rp26,1 triliun. Volume pemindahan tanah turun 9% menjadi 638 juta bcm, sementara produksi batu bara klien turun 1% menjadi 83 juta ton akibat curah hujan tinggi.
Segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi juga mengalami tekanan, dengan pendapatan turun 14% menjadi Rp13,4 triliun meskipun volume penjualan naik 19% menjadi 8,0 juta ton. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya harga jual batu bara di pasar global.
Dalam langkah diversifikasi bisnis, UT melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN) meningkatkan kepemilikan di Supreme Energy Sriwijaya (SES) menjadi 80,2% setelah mengakuisisi tambahan 30,6% saham senilai US$30,8 juta pada Juni 2025. SES adalah pemegang saham di Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), yang mengoperasikan pembangkit panas bumi berkapasitas 91,2 MW di Sumatra Selatan. Dengan transaksi ini, total kepemilikan UT di proyek SERD mencapai 40,4%.
UT menegaskan komitmennya untuk terus melakukan diversifikasi usaha, termasuk di sektor energi terbarukan dan mineral strategis seperti nikel. Strategi ini sejalan dengan transformasi energi nasional dan kebutuhan global akan sumber daya ramah lingkungan.
“Dengan fondasi keuangan yang solid dan portofolio bisnis yang makin terdiversifikasi, kami percaya bahwa Perseroan berada dalam posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan dan meraih peluang ke depan,” tutup Frans Kesuma. (Shiddiq)