Director and Chief Project Officer PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Muhammad Asril menyatakan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berminat untuk berinvestasi di tiga proyek fasilitas pengolahan nikel Vale Indonesia.
“Saya sampaikan bahwa peluang (investasi) itu terbuka dan setahu saya memang saat ini ada initial (permulaan) pembicaraan mengenai pihak Danantara untuk bergabung di tiga proyek pengembangan tersebut,” kata Asril di Jakarta, Kamis, 11 September 2025.
Proyek pertama dikembangkan bersama Zhejiang Huayou Cobalt – produsen kobalt, nikel, dan litium asal Cina – serta Ford Motor Company – perusahaan otomotif multinasional asal Amerika Serikat – di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Proyek kedua berlokasi di Sambalagi, Morowali, Sulawesi Tengah, dan dibangun bersama GEM Co., Ltd – perusahaan manufaktur bahan baterai asal Cina.
Sementara proyek ketiga yang juga didirikan bersama Zhejiang Huayou Cobalt terletak di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Menurut Asril, keterlibatan Danantara maupun investor lainnya dalam proyek-proyek tersebut akan memperkuat basis pendanaan dan mempercepat realisasi pembangunan. Dia menekankan komitmen perseroan terhadap penggunaan energi ramah lingkungan dalam tiga proyek smelter tersebut untuk mendukung upaya dekarbonisasi.
Ia menuturkan, sekitar 80 persen kebutuhan energi di proyek smelter nikel Pomalaa dipenuhi melalui heat recovery – yakni teknologi untuk menangkap energi panas yang terbuang dari berbagai proses produksi agar dapat dimanfaatkan kembali – sementara sisanya dari gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG).
Sedangkan di Sambalagi, Morowali, proyek yang dikerjakan berada dalam kawasan industri hijau internasional (international green industrial park) dengan pasokan energi sepenuhnya berasal dari sumber terbarukan, seperti heat recovery, panel surya, dan biomassa. “Di Morowali, 100 persen energinya berbasis terbarukan dan tidak menggunakan LNG,” kata Asril. Antara