Vale Indonesia (INCO) Raup Laba Bersih Rp872 Miliar Kuartal III/2025

Emiten nikel BUMN, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membukukan laba bersih sebesar US$52,44 juta atau setara Rp872,24 miliar dengan asumi kurs Jisdor Rp16.631 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan laporan keuangan akhir September 2025, INCO mencatatkan pendapatan sebesar US$705,38 juta. Jumlah itu mengalami penurunan sebesar 0,45% dibandingkan periode sama tahun lalu yakni US$708,56 juta.

Kinerja tersebut berasal dari penjualan produk nikel matte yang berkontribusi US$661,89 juta dan penjualan bijih nikel mencapai US$43,49 juta.

Sementara itu, perseroan mencatat kenaikan beban pokok sebesar 0,56% year on year (YoY) menjadi US$631,90 juta. Hal tersebut membuat laba kotor yang diakumulasikan INCO sepanjang Januari-September 2025 mencapai US$73,48 juta atau menurun 8,34% dibandingkan US$80,17 juta pada tahun lalu.

Namun, setelah memperhitungkan pendapatan dan beban lainnya, emiten anggota MIND ID ini membukukan laba bersih US$52,44 juta. Capaian tersebut meningkat 2,62% dibandingkan periode sama tahun lalu yakni US$51,10 juta.

Adapun INCO mencatat peningkatan produksi nikel matte dan kontribusi awal dari operasi tambang Bahodopi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Produksi nikel matte pada kuartal III/2025 mencapai 19.391 metrik ton, naik 4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Untuk sembilan bulan pertama 2025, total produksi tercatat 54.975 metrik ton, meningkat 4% secara tahunan.

Presiden Direktur dan CEO PT Vale Bernardus Irmanto mengatakan bahwa peningkatan kinerja ini merupakan hasil dari perencanaan pemeliharaan yang lebih proaktif serta efisiensi proses produksi di paruh kedua tahun.

“Kinerja kami mencerminkan ketangguhan operasi dalam menghadapi dinamika pasar global,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (29/10/2025).

Vale Indonesia juga mencatat penjualan perdana bijih nikel saprolit dari Bahodopi dan Pomalaa lebih awal dari jadwal, yakni pada Juli 2025. Total penjualan saprolit hingga akhir September mencapai 896.263 metrik ton basah.

Di sisi lain, INCO turut membukukan EBITDA sebesar US$74,6 juta pada kuartal III/2025 atau melonjak dari posisi US$40 juta pada kuartal kedua tahun ini.

Direktur Keuangan PT Vale Rizky Putra menyampaikan peningkatan profitabilitas ditopang oleh efisiensi biaya dan kontribusi dari lini usaha baru.

“Kami mulai melihat dampak positif dari penjualan saprolit Bahodopi yang memperkuat portofolio terdiversifikasi kami,” tuturnya.

Dari sisi efisiensi, biaya kas per ton nikel matte turun menjadi US$9.304 dari US$9.384 pada kuartal sebelumnya. Perseroan juga memanfaatkan penurunan harga bahan bakar dan optimalisasi rantai pasok untuk menjaga daya saing.

Per akhir September 2025, kas dan setara kas tercatat US$496,3 juta, sedikit turun dibandingkan US$506,7 juta pada akhir Juni. Sementara belanja modal (capex) mencapai US$331,4 juta, naik dari US$200,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, seiring percepatan proyek Bahodopi dan Pomalaa.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Rio Sandy Pradana

Sumber:

– 29/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Antam–BRIN Kolaborasi Tingkatkan Efisiensi dan Inovasi di Sektor Pertambangan

baca selengkapnya

AMMN Dapat Jatah Ekspor Konsentrat Tembaga Sekitar 400 Ribu Ton

baca selengkapnya

Merdeka Copper Gold (MDKA) Tak Tambah Produksi Meski Harga Emas Naik

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top