PT VALE Indonesia Tbk (INCO) meneken kontrak jasa pertambangan dengan anak usaha PT Putra Perkasa Abadi (PPA)—PT Antareja Mahada Makmur—untuk memperkuat operasional bisnis nikel di Blok Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Mengacu pada situs reminya, PT Antareja Mahada Makmur (AMM) merupakan perusahaan kontraktor jasa pertambangan batu bara yang berdiri pada 11 Desember 2017 dengan menyediakan lima layanan bisnis di antaranya pengupasan lapisan tanah, konstruksi dan pemeliharaan jalan, pit service sampai sewa peralatan.
Namun, dalam konteks perjanjian dengan Vale, Antareja nantinya tidak hanya bertindak sebagai penyedia jasa penambangan, tetapi juga akan mengangkut material bijih nikel di Blok Bahodopi.
“Cakupan pekerjaan dari perjanjian tersebut meliputi jasa pengupasan lapisan tanah, jasa penambangan dan pengangkutan bijih nikel, serta pembangunan infrastruktur yang terkait degan jasa penambangan,” jelas Chief of CEO Office and Corporate Secretary Vale Indonesia Wiwik Wahyuni dalam keterangan resminya, Senin (2/6/2025).
Anggota BUMN Holding Industri Pertambangan atau MIND ID ini meyakini, kontrak jasa pertambangan dengan Antareja akan memperkuat operasional bisnis perseroan dengan tambahan produksi bijih nikel dari Blok 1 Bahodopi untuk melengkapi Blok Sorowako yang telah beroperasi selama ini.
Target Harga Saham
RHB Sekuritas dalam risetnya yang dipublikasi pada 26 Mei 2025, mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk saham INCO dengan target harga baru (target price/TP) yaitu Rp 4.000 (berdasarkan DCF).
TP tersebut lebih tinggi daripada TP sebelumnya di harga Rp 3.800, yang mencerminkan potensi kenaikan 13% dan imbal hasil sekitar 2% pada FY26F. Sementara, pada perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025), saham INCO bergerak di rentang Rp 3.450-3.540, setelah dibuka di harga Rp 3.520.
Menurut RHB Sekuritas, kenaikan TP tersebut didorong oleh perubahan asumsi DCF (WACC membaik dari sebelumnya 8,3% menjadi 8%), seiring dengan prospek jangka panjang yang membaik (pertumbuhan terminal dinaikkan menjadi 3,5%).
“Hal ini didukung oleh kontribusi tambahan dari penjualan bijih dan proyek joint venture (JV) di masa depan. Sementara, asumsi margin kami tetap konservatif,” tulis RHB Sekuritas.
Saat ini, INCO memiliki tiga proyek raksasa bernilai total kurang lebih Rp 164 triliun yang diproyeksikan bakal beroperasi lebih cepat dari jadwal dan menjadi motor bagi pertumbuhan kinerja perseroan ke depan.
Ketiga proyek tersebut mencakup proyek tambang feronikel di Bahodopi yang dikerjakan perseroan melalui PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI), JV antara Vale dan Tisco serta Xinhai.
Kemudian, proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomala melalui PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI), JV antara Vale menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt dan Ford.
Terakhir, proyek mixed hydroxide precipitate (MHP) di Sorowako yang dikerjakan perseroan melalui PT HPAL Nickel Indonesia (HNI), JV antara Vale, Huayou, dan pihak ketiga yang disebut-sebut akan disiapkan oleh Huayou dengan syarat memiliki standar ESG global.
Proyek tambang Blok Bahodopi diprediksi beroperasi lebih cepat. Begitupun, dengan proyek KNI dan HNI yang akan mendukung profitabilitas Vale. Ini sudah tercermin pada kinerja perseroan di kuartal I-2025, di mana keuntungan derivatif INCO terdorong oleh proyek KNI dan HNI sebesar US$ 16,7 juta.
Plt. CEO PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto melaporkan, saat ini proyek tambang di Bahodopi sudah mulai memasuki tahap ramp-up. Sementara, Pomalaa terus berjalan sesuai rencana.
“Kedua proyek tersebut akan memperkuat peran Vale dalam rantai pasok nikel yang tangguh dan rendah karbon,” jelas Irmando dalam keterangan resminya, Jumat (16/5/2025). Editor: Muawwan Daelami
Sumber: https://investor.id, 2 Juni 2025