Valuasi Merdeka Copper Resources (EMAS) Lampaui ARCI, PSAB & HRTA

Calon emiten PT Merdeka Gold Resources Tbk. (MGR) dengan kode saham EMAS akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 September 2025. Terpantau valuasinya melampaui sejumlah emiten emas di lantai bursa.

Anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) tersebut menetapkan harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) senilai Rp2.880. Dengan demikian, kapitalisasi pasar EMAS akan mencapai Rp42,4 triliun.

Valuasi jumbo ini menempatkan EMAS di papan tengah-atas emiten emas BEI. Sebab, kapitalisasinya lebih tinggi dari PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) yang Rp23,7 triliun, PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) senilai Rp14,9 triliun, dan PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) dengan Rp4,1 triliun per Selasa (16/9/2025).

Namun, kapitalisasi EMAS di bawah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang mencapai Rp86,5 triliun dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) dengan kapitalisasi pasar atau market cap sebesar Rp81,5 triliun.

Sementara itu, perbandingan kinerja keuangan menunjukkan perbedaan. ANTM membukukan laba bersih Rp4,7 triliun pada semester I/2025 dengan PER hanya 9,2 kali. HRTA meraih laba Rp349 miliar dengan PER 5,9 kali, sedangkan PSAB dan ARCI diperdagangkan dengan PER masing-masing 23,4 kali dan 20,9 kali.

BRMS menjadi outlier dengan PER 109 kali karena kapitalisasi besar meski laba bersih hanya Rp373 miliar. Meski demikian, BRMS sudah mulai mencatatkan pendapatan signifikan, berbeda dengan EMAS yang masih membukukan rugi.

Berdasarkan prospektus, EMAS meraih pendapatan US$1,74 juta pada 2024, tetapi mencatat rugi bersih US$12,7 juta. Bahkan pada kuartal I/2025, perseroan tidak mencatatkan pendapatan dan rugi bersih naik menjadi US$9,21 juta. Dengan catatan ini, valuasi EMAS tidak dapat diukur dengan PER karena basis laba masih negatif.

Artinya, dibandingkan ANTM dan HRTA yang menawarkan valuasi murah dari sisi PER, IPO EMAS berisiko terlalu mahal bagi investor yang berorientasi pada laba. Sebaliknya, bagi investor yang fokus pada prospek pertumbuhan jangka panjang, EMAS bisa menjadi alternatif mengingat adanya pengembangan Proyek Pani.

Berdasarkan riset internal pada akhir tahun lalu, Proyek Emas Pani diperkirakan memiliki sumber daya mineral sebesar 292,4 juta ton bijih.

Dari jumlah tersebut, terkandung sekitar 7 juta ounce emas dengan kadar 0,75 gram per ton, serta cadangan bijih sebesar 77,5 juta ton yang mengandung 1,9 juta ounce emas pada kadar 0,78 gram per ton. Umur tambang diproyeksikan hingga 2041.

Di samping itu, Proyek Emas Pani juga dirancang sebagai tambang multidekade dengan kapasitas pemrosesan mencapai 19 juta ton bijih per tahun.

“Produksi emas pada puncaknya di tahun 2033 diperkirakan akan mencapai 500.000 ounce per tahun, yang memposisikan Proyek Emas Pani sebagai salah satu tambang emas terbesar di Indonesia dan wilayah Asia Pasifik,” tulis manajemen.

Jika dikonversi, 500.000 ons setara dengan 14.174 kilogram emas. Sebagai perbandingan, ANTM memproduksi emas murni sekitar 1.019 kilogram pada 2024.

Manajemen EMAS menyebutkan bahwa Proyek Pani akan menjadi operasi berbiaya rendah dengan estimasi cash cost di bawah US$800 per ounce dan all-in sustaining cost (AISC) di bawah US$990 per ounce. Dengan level ini, Proyek Pani diperkirakan masuk kuartil teratas kelompok tambang emas dengan biaya terendah secara global.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Dwi Nicken Tari

Sumber:

– 17/09/2025

Temukan Informasi Terkini

Bahlil Segera Bertemu Petinggi Freeport McMoran Finalisasi Divestasi Saham PTFI

baca selengkapnya

ANTAM Catat Lonjakan Laba Semester I 2025

baca selengkapnya

Cek Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Emas Usai Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top